Penulis : Ari Panjang
Rekreasi Ke Makam Bung Karno
Guru-guru mengunjungi makam BUng Karno yang ada di wilayah kabupaten Blitar, anak-anak sangat antusias mengikutinya . . . . .
Dampak TV Bagi Anak-Anak
Tanpa disadari, ternyata TV mempunyai dampak yang sangat berbahaya bagi anak-anak. Selain menyebabkan anti sosial, TV juga menyebabkan . . . . . ,
Bahaya Dari Merokok
Indonesia merupakan termasuk negara penghasil tembakau terbesar dan dengan jumlah perokok terbesar didunia, namun dibalik itu semua rokok membawa dampak yang buruk bagi kesehatan . . . .
Minggu, 26 Agustus 2012
04.54
Admin PAUD Dan RA Mifda
Pendidikan bagi anak usia dini yang utama dan pertama berada dilingkungan keluarga (pendidikan informal). Sementara lembaga pendidikan formal atau non formal sifatnya hanya menunjang pendidikan yang sudah diberikan di dalam keluarga. Oleh karena itu, peran orang tua, terutama ibu sangat strategis dalam memberikan pendidikan untuk menentukan perkembangan anak dimasa yang akan datang.
Orang tua, khususnya ibu, sebelum member pelayanan pendidikan kepada anak usia dini, hendaknya mengetahui dan memahami konsep mendidik anak, sehingga dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada anak usia dini sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Beberapa konsep mendidik anak usia dini yang harus diketahui oleh orang tua antara lain adalah :
1. Setiap Anak Yang Di Lahirkan Adalah Fitrah
Sebagaimana yang pernah disabdakan Rosululloh Shallollohu ‘alaihi wa sallam, bahwa “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, apaka ia akan menjadi nasrani, majusi, atau yahudi itu tergantung orang tuanya. ” bertolak dari sabda Rosululloh tersebut, jelas orang tua sangat menentukan masa depan anak.
Mau kemana arah kehidupan anak, akan menjadi apa kelak, bagaimana pendidikan agamanya, bagaimana perkembangan kecerdasan bahasa, logika, intrapersonal, dan kecerdasan lainnya, itu semua sangat dipengaruhi peran orang tua dalam member pelayanan pendidikan kepada anak.
Meskipun orang tua sangat menentukan kehidupan anak kelak, bukan berarti orang tua harus bersikap otoriter, memaksakan kehendak, mengacuhkan kemauan anak, dalam hal ini orang tua hendaknya bersikap demokratis dalam mendidik atau mengasuh anak. Artinya, disatu sisi orang tua harus mengarahkan dan membimbing anak, disisi lain kehendak dan kemauan serta kebutuhan anak hendaknya diprioritaskan.
2. Setiap Anak Unik
Didunia ini belum pernah kita temui adanya dua orang anak yang sama, baik secara fisik maupun psikis, meskipun anak kembar yang berasal dari satu sel telur. Setiap anak mempunyai kekhasan sendiri-sendiri, karena setiap pribadi itu ut uh, autentik dan memiliki karakter yang berbeda. Segala bentuk keragaman dan penyamaran akan membelenggu keunikan masing-masing individu, yang pada gilirannya akan memastikan jati diri anak. Oleh karena itu, orang tua hendaknya memperhatikan keunikan mereka. Mereka tidak bisa disamaratakan, membandingkan antara anak yang satu dengan yang lain jelas tidak bisa dibenarkan, karena setiap anak membutuhkan perhatian dan perlakuan yang berbeda.
3. Anak Bukan Miniatur Orang Dewasa
Anak pada dasarnya adalah tetap anak, mereka bukan orang dewasa yang berukuran kecil. Mereka masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Menyikapi atau memperlakukan anak usia dini dengan cara seperti menyikapi orang dewasa jelas keliru. Orang tua hendaknya memperlakukan mereka dengan pikiran, imajinasi dan kehendaknya sendiri dengan segala keterbatasan anak.
Orang tua jangan memaksakan anak untuk mengikuti pikirannya, justru orang tualah yang seharusnya menyesuaikan dengan pikiran anak.
4. Dunia Anak Dunia Bermain
Bermain bagi anak usia dini merupakan kegiatan yang utama, artinya hampir seluruh waktu yang dimiliki anak, dimana saja, kapan saja dan dalam keadaan apa saja bermain bagi merupakan kebutuhan, sama seperti akan kebutuhan makanan, minuman, kesehatan, perawatan, kasih sayang dan lain-lain.
Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang menyenangkan, mengasyikkan, tanpa paksaan dan tanpa target. Melaui kegiatan bermain, potensi kecerdasan yang dimiliki anak dapat dikembangkan, seperti kecerdasan spiritual, logika, linguistic, interpersonal, intrapersonal, visual, music, kinestetik dan natural.
5. Anak Berkembang Secara Bertahap
Proses perkembangan anak tidak pernah berhenti, tetapi berlangsung secara bertahap. Dalam perkembangan anak, setiap tahapannya memiliki kekhasan tersendiri. Anak usia 2-3 tahun dengan 3-4 tahun memiliki kemampuan yang berbeda dalam segala aspek, seperti aspek kognisi, bahasa, sosio emosional, fisik dan seni. Oleh karena itu, sebagai orang tua hendaknya tidak memaksakan suatu kemampuan tertentu kepada anak, tidak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Pemaksaan kepada anak merupakan bentuk “Pengkarbitan” yang akan menghasilkan “Kepintaran” palsu justru akan merugikan anak itu sendiri. Orang tua hendaknya memberikan pelayanan pendidikan kepada anak secara bertahap sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
6. Anak Belajar Dari Lingkungan Hidupnya
Lingkungan dimana anak berada merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perkembangan dan kepribadian anak, baik lingkungan sekolah, masyarakat, lebih-lebih lingkungan keluarga. Anak selalu merespon apa saja yang mereka lihat dan mereka dengar, tanpa mengerti dan memahami apakah itu baik, buruk, benar atau salah, sesuai atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Karena salah satu sifat anak adalah meniru apa yang mereka lihat dan dengar, anak selalu mencari model dalam kehidupannya. Ketika disekolah yang sering dijadikan model apakah gurunya, orang tua/keluarga adalah model ketika dirumah,sedangkan masyarakat merupakan model dilingkungannya. Oleh karena itu, sebagai orang tua hendaknya hati-hati dan selektif terhadap lingkungan dimana anak-anak kita tinggal. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak merupakan kewajiban kita bersama, agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan h baik, sebagaimana yang ditulis oleh Dorothy Nolte tentang beberapa aktifitas yang dilakukan oleh orang tua yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya, perlu kita perhatikan. Lihat halaman tentang “Anak Belajar Dari Lingkungan Hidupnya”
7. Anak Belajar Dari Pengalaman
Pepatah mengatakan bahwa “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Seiring dengan pepatah tersebut Dr. Vemon A. Magnesen menyatakan bahwa kita belajar 90% dari apa yang kita katakana dan kita lakukan. Teori lain mengatakan bahwa apa yang pernah kita alami atau kita lakukan sendiri tingkat retensi / endapan diotak kita jauh lebih lama (long term memory) dari apa yang kita dengar, baca atau lihat. Dalam konteks belajar, pendidikan yang terbaik bagi anak-anak adalah member kesempatan kepada mereka untuk mengalami sendiri atau menjelajah (mengeksplorasi) apa saja yang ada disekitarnya.
Biarkan mereka untuk mencoba, menggali, mencari, menemukan apa saja yang ada disekitar mereka, karena rasa ingin tahunya sangat besar. Mendampingi dan memfasilitasi mereka dalam belajar merupakan tindakan yang cerdas dan merupakan investasi yang tak ternilai harganya.
Penulis : Ari Panjang
Penulis : Ari Panjang
Langganan:
Postingan (Atom)