Jumat, 09 Juli 2010

Televisi ditemukan oleh John Logie Baird dari Scotlandia pada tahun 1923, tapi baru masuk ke Indonesia pada tahun 1963. sejak kemunculannya, dunia mengalami perubahan yang cukup drastic. Dalam hitungan menit peristiwa yang terjadi di belahan bumi yang lain dapat kita ketahui. Oleh karena itu, sekarang ini televisi telah menjadi kebutuhan tiap masyarakat dan tak hanya sebagai hiburan saja, sebab dengan adanya televisi bisnis yang dijalankan dapat menuai hasil yang cukup baik dan produk-produk yang dikeluarkan pun bisa langsung dikenal masyarakat. Tapi, tanpa kita sadari ternyata televisi juga membawa dampak yang cukup buruk bagi kita semua, baik kesehatan maupun moral.

ALZHEIMER
Dr. Robert Friedland dari Amerika Serikat menemukan fakta baru bahwa para penderita Alzheimer yang telah lanjut usia, ternyata pada waktu masih paruh baya, waktu luangnya sebagian besar dihabiskan untuk menonton televisi daripada melakukan kegiatan yang lain (baik fisik maupun mental). Penyakit ini telah diderita oleh seperempat jumlah orang lanjut usia yang berumur di atas 80 tahun dan menjadi salah satu penyebab kematian pada usia lanjut.

Friedland dan teman-temannya menyatakan bahwa seseorang yang terlalu sering duduk di depan televisi secara lambat laun akan mengalami kerusakan pada otaknya. Dan yang lebih menakutkan adalah orang dewasa yang banyak menghabiskan waktunya hanya untuk menonton televisi, ternyata 2,5 X lebih besar beresiko terserang Alzheimer. Penyakit Alzheimer itu sendiri merupakan suatu gangguan yang berat pada otak dan sampai sekarang belum bisa diobati dan disembuhkan. Kalaupun sudah ada terapinya, namun terapi tersebut tidak mengatasi dan menghentikan kerusakan yang sedang berlangsung di dalam otak, melainkan hanya untuk memperlambat kerusakan dan memperpanjang usia penderita.

Para ahli menemukan bahwa otak sama halnya dengan anggota badan yang lainnya, seperti kaki dan tangan, apabila tidak digerakkan maka semakin lama akan mengecil juga. Tangan dan kaki dapat diperbesar dengan latihan beban, sedangkan otak diperbesar dengan belajar dan membaca. Oleh karena itu, para ahli menganjurkan agar menghindari menonton TV terlalu lama agar terhindar Alzheimer.

HEDONISME
TV telah mengubah para remaja untuk menjalani kehidupan ini dengan serba mewah. Mereka meniru gaya para artis yang memakai pakaian mahal, parfum terkenal, dan masih banyak lagi yang lainnya. Hampir sebagian besar masyarakat kehilangan jati dirinya sendiri dan meniru artis idolanya. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Akbar S. Ahmad, seorang sosiolog, bahwa media TV di zaman modern telah menimbulkan segala pemujaan tubuh dan personifikasi gaya hidup yang baru.

OBESITAS dan A-MORAL
Dulu, sebelum TV datang ke tengah-tengah masyarakat, anak-anak setiap hari bermain petak umpet, berlari-lari, bersepeda, dan lainnya. Tapi sejak adanya TV, anak-anak duduk di depan TV untuk mengisi waktu luangnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena mereka dapat dengan mudah diserang penyakit. Para ahli kesehatan pun banyak yang mulai cemas, karena waktu luang yang dimiliki anak-anak hanya dihabiskan dengan melihat televisi yang menyebabkan sedikitnya gerak tubuh, sehingga lemak yang ada di dalam tubuhnya, yang seharusnya dibakar dengan beraktifitas justru ngendon di dalam tubuhnya dan akhirnya menimbulkan obesitas (kegemukan), bila hal ini terus dibiarkan maka kesehatan anak-anak bisa terganggu.

Selain dapat menyebabkan obesitas, televisi juga dapat menciptakan generasi yang a-sosial dan a-moral. Sekarang ini banyak anak-anak yang senang menyakiti teman-temannya atau dikenal dengan istilah BULLYING. Perbuatan ini tak hanya mencakup fisik semata, melainkan juga menyakiti secara psikis (ejekan dan makian). Mereka melakukannya karena sering melihat tayangan serupa yang ada di televisi dan tanpa ada bimbingan dari orang tuanya. Arini Hidayat (1997) menyatakan bahwa kalau televisi bisa membentuk generasi a-sosial bahkan anti social. Pendapat Arini ini didasarkan adanya korelasi positif yang ditunjukkan oleh anak-anak yang suka nonton televisi dengan tingkat sosialisasi mereka terhadap lingkungan dan pola pikir mereka tentang lingkungannya. Hal ini sangat mungkin terjadi karena bagaimanapun juga pemikiran seseorang terkadang dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat sehari-hari. Apabila mereka sering melihat pertengkaran dalam kesehariannya, maka lama-kelamaan mereka akan menganggap bahwa pertengkaran merupakan hal yang sudah lumrah.

ADEGAN X
Seorang ahli komunikasi yang bernama Dwyer mengatakan “sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia lewat mata dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di layer TV, walaupun hanya sekali ditayangkan atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian.”

Berdasarkan asumsi Dwyer di atas dapat diketahui bahwa TV telah menyita banyak perhatian kita dan secara langsung kita akan dapat dengan mudah mengingat adegan yang ditayangkan televisi, baik adegan baik maupun adegan yang buruk. Dalam beberapa kasus, televisi secara perlahan telah merusak generasi penerus yang terhitung masih kecil. Beberapa murid saya yang masih kelas 4 dan 5 SD ternyata mereka pernah berciuman dan ciuman tersebut dilakukan dengan pacarnya yang juga masih SD. Setelah saya tanya lebih dalam, mereka melakukannya karena meniru film-film yang pernah ditayangkan di televisi. Hal ini sangat menyedihkan, karena di usianya yang cukup kecil pikiran mereka telah diracuni oleh berbagai tayangan yang tidak bertanggung jawab dari televisi. Bila tidak segera diatasi, maka dikhawairkan kelak mereka akan melakukan adegan-adegan lain yang tak seharusnya mereka lakukan.

Memang televisi seperti buah simalakama, di satu sisi televisi telah memberi banyak sumbangan yang sangat signifikan bagi perkembangan dan kemajuan dunia, tapi di sisi lain televisi juga meninggalkan banyak dampak buruk bagi kita semua.

Penulis : Ari Panjang